Minggu, 28 Februari 2016

Beautiful Liar Fanfiction Chapter 06

Jimin POV
Aku berjalan pelan sambil mengamati seisi ruangan. Ini masih siang dan cukup sepi untuk hitungan diskotik sebesar ini.
“Aw..”
Sialan aku menabrak seseorang.
“Mian.. aku tidak melihat..—“
“Kau!” teriak kami bersamaan.
“Oh kebetulan sekali”
Seru yeoja berparas manis dengan surai hitam legam sebahu. Dress merahnya tampak mencolok dan rrr cocok sekali dengan bentuk tubuhnya.
“Hey kau melihat apa?”
Celetuk yeoja didepanku yang cukup membuatku salah tingkah. Ukh bodoh kau Park Jimin, apa yang tengah kau lakukan.
Setelah banyak berbasa basi, aku mengajaknya untuk disalah satu meja di ujung tempat bar yang penuh dengan jejeran soju yang sangat menggoda diriku. Ya, dia adalah Sana, Minatozaki Sana teman masa kecilku dan Jinhwan.
Sana adalah yeoja yang sangat periang, yeoja Jepang ini cukup cerewet tapi entahlah aku tidak pernah merasa bosan banyak bercerita dengannya.
Hey, gadis manis sejak kapan kau menyukai tempat seperti ini dan err.. pakaianmu bukan seperti pakaian yeoja 17  tahun”
Godaku sambil meneguk segelas wine yang telah dituangkan Sana untukku. Double shoot, huft itu nikmat.
“Aku tidak sepolos itu untuk tidak mengetahui tempat seperti ini, aku hanya sedang ingin melepaskan bebanku saja”
Jawabnya sambil tersenyum. Gadis ini benar benar tidak berubah, tetap saja masih suka menyimpan segala sesuatunya sendirian. Aku ikut tersenyum simpul mendengar kebohongannya, dari tatap matanyapun jelas, ia sedang menahan dirinya untuk tidak menangis.
“Apa hatimu masih tertinggal disepupuku? Ah lucu sekali”
Sana tampak terkejut mendengar pernyataanku, nyaris tersedak segelas wine yang coba ia tegak mengimbangi gelas gelas wine yang sudah kuhabiskan.
X-Beautiful Liar-X
Jinhwan POV

Ah sial seingatku kertas hasil pengecekan sample darah milikku kemarin ku taruh di laci. Aish bagaimana jika keluarga Hwang mengetahuinya, sungguh aku tak berani membawanya pulang kalaupun kertas itu kutemukan. Aku benar benar tidak ingin menyakiti semua keluargaku terutama Eomma.
Aku sudah mengecek di seluruh lemari, loker, ranjang tidur.. dan uh? Apa aku menaruhnya di dalam dompetku? Ah sial. Aku menepuk jidatku sendiri, aku baru ingat jika kertas berwarna pastel itu kumasukkan dalam dompet abu abu milikku.
Apa terjatuh di kamar Seulyeon? Ah benar benar sial.
Oh poor Jinhwan~
Seulyeon POV
Aish apakah ini benar benar kamarku? Hanya sehari Jinhwan tak membersihkannya kamar ini, tapi rupa kamarku sudah seperti kapal titanic yang hancur setelah menabrak iceberg. Oh sialan.
Anak itu mungkin tidur, dia pasti masih harus banyak istirahat. Dia masih belum benar benar pulih. Kalian boleh mengatakan dia terlalu manja. Sekecil apa rumahnya hingga ia tidak nyaman di rumahnya, malahtidur ditempatku dengan alasan menjagaku dan eomma lantaran tidak ada namja di rumah kami selain Hak ahjussi yang bekerja sebagai supir di rumahku. Alasan yang tidak masuk akal bukan?
Sebenarnya tadi Jinhwan sudah kesini, dia ingin menata kamarku, tapi tentu saja mana kuberi izin—aku masih punya hati. Jinan masih sakit dan aku tau itu.
Ia juga sempat mengajakku ke toko buku. Kalian ingatkan? Kamusku yang tertinggal didalam taksi? Jinhwan mengajakku untuk membeli kamus itu lagi. Tapi aku tidak percaya, mana ada uang namja pendek itu. Ia melemparkan dompetnya begitu saja dan.. ommo.. dia lupa tidak membawa dompetnya kembali.
Aku mencari dompet Jinhwan dan oh.. ternyata terlempar disamping boneka pororoku. Kelabu, entah sejak kapan Jinhwan makin suka dengan warna abu abu. Ah apa Jinhwan menyimpan foto yeoja yang ia sukai dalam dompetnya?
Aku membuka satu persatu bagian dompet milik Jinhwan, isinya hanya 2 kartu kredit, 1 atm dan beberapa struk belanja tertata rapi didalamnya.
Oh ada resleting kecil didalamnya aku membuka sisi bagian tersebut dan menemukan sebuah kertas berwarna pastel. Namja ini suka menulis note?
Rumah sakit?
Jantung lemah?
Siapa yang sakit?
Brakkk!
Kim Jinhwan. Dia terpaku setelah membuka pintu kamarku dengan kerasnya, nafasnya terengah engah? Anak ini kenapa? Bahkan kamarnya dengan kamarku hanya berjarak 5 langkah. Apa harus dia lari seperti sedang dikejaar hantu? Hey rumahku tidak berhantu bodoh. kau hantunya Jinanie.
Jinhwan POV
Aku benar benar terkejut ketika saat aku memasuki kamar Seulyeon, ia nampak tengah  membaca kertas warna pastel itu. Bad luck.
“Ya apa kau baru saja melihat hantu?”
Tanya Seulyeon memergokiku, aku hanya menggelengkan kepalaku untuk meyakinkannya. Oh sialan bagaimana jika dia sudah membaca kertas yang ia pegang, aku harus apa?
“Benarkah? Oh ya Jinanie, siapa yang sakit?”
Tanya Seulyeon menunjukkan kertas yang masih terlipat separuh padaku. apa dia tidak membaca namaku? Oh bagus.. lalu aku harus jawab apa?
Aku merampas kertas itu dan tersenyum kikuk. Aku menggaruk tengkukku yang sama sekal tidak gatal.
“Ah itu.. Jimin.. ya Park Jimin”
Jawabku gugup. Aku sungguh baru pertama kali ini berbohong pada Seulyeon. Sungguh, aku bukan orang yang suka menutup diri padanya, tapi aku tidak mau membuatnya khawatir.
“Oh.. lalu mengapa kau yang menyimpannya?”
Tanya Seulyeon sambil menumpuk beberapa kamus bahasa inggris dan menaruhnya di rak buku miliknya. Sesekali ia melirikku lalu mulai menumpuk buku lain yang ikut berserakan.
“Ah itu.. Jimin masih takut memberitahukan pada eomma appanya, jadi aku yang menyimpannya”
Oh sungguh aku berharap tidak ada pertanyaan lain lagi.
“Lalu apa dia baik baik saja?”
Deg!? Kenapa dadaku terasa sakit lagi? Oh ayo Jinhwan, kau harus menjawabnya apapun asal kau tidak mengakui kalau si pemilik penyakit itu adalah dirimu sendiri.
“Tentu..!”
“Oh kasihan sekali, ah fansku berkurang jika dia kenapa napa”
Jawab Seulyeon sambil melipat selimut pororo miliknya. Aku menyusulnya dan duduk di ujung ranjang Big size nya. Aku mengambil boneka pororo milik Seulyeon, tersenyum sebentar mengingat sifat Seulyeon yang selalu gila urusan sekalipun dia tidak mengenal dekat si pemilik masalah. Seulyeon mungkin tampak menjadi sangat cuek, tapi sesungguhnya dialah yang paling peduli diantara yang lain.
“Apa kau mengkhawatirkannya?”
“Tentu tidak”
X-Beautiful Liar-X
Jimin POV
he so kyattt
“Mengakulah, aku tidak akan menertawakanmu”
Celingukku memergoki yeoja yang sudah menghabiskan sebotol soju. Hebatnya dia sama sekali tidak dalam pengaruh minuman itu. Mungkin dia sudah terbiasa banyak minum.
“Aish, molla.. mmm.. mungkin iya, tapi aku sudah punya namja lain”
“Oh begitu”
Sudah kuduga, yeoja ini masih tetap menyukai Kim Jinhwan. Memang benar adanya, kalau cinta pertama susah dilupakan. Tidak hanya terjadi padanya, aku juga begitu jadi sebenarnya... ah nanti dulu ada baiknya aku menanyakan hal ini terlebih dahulu lalu menceritakannya pada kalian? Benar bukan? Haha rencana yang bagus.
“Lalu kenapa kau tidak kembali padanya?”
Tanyaku pada Sana, dia tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu.
Ya, dulu.. dulu sekali.. saat Jinhwan belum bersahabat dekat dengan Seulyeon, dia dekat dengan Sana. Bahkan mereka sempat mengucap sebuah janji konyol yang dilakukan anak berusia 6 tahun.
Flashback ON
“Sana yaaa!”
Teriak Jinhwan memekik ditelingaku dan Sana. Padahal jarak kami masih terpaut jauh tapi suara Jinhwan cukup membuat telingaku dan Sana yang sedang bermain di taman merasa sedikit sakit dan nyeri.
Aish apa tidak cukup dia berteman dengan si yeoja kacamata botol Hwang Seulyeon itu? Bukankah aku sudah berbaik hati melepaskan Seulyeon untuknya? Apa masih kurang puas dia? Haish rakus sekali! Ck, mengganggu saja.
“Wae Jinhwan ah?”
Tanya Sana sambil berdiri membetulkan rok nya lalu kemudian kembali duduk disebelahku.
“Ya! Kenapa kalian meninggalkanku?”
Eluh Jinhwan sambil mengerutkan dahinya, aish sok imut sekali kau kira Sana akan menyukaimu eoh? Aku sangat jijik rasanya melihat sepupuku menggelayut manja di depan yeoja Jepang yang kutaksir. Baru juga kukenalkan 2 minggu yang lalu, hubungan mereka sudah seperti 2 tahun saja, huh menyebalkan. aku menyesal mengenalkan yeoja yang kusukai pada Jinhwan. Aish jinjja.
“Memangnya apa keperluanku sehingga aku harus mengajakmu?”
Jawabku sinis, aku benar benar tidak suka kalau Qtime ku diganggu. Destroyer kau! Sana menatapku dengan pandangan tak suka, tapi aku mengacuhkannya. Aku pura pura tidak melihatnya.
“Ya! Aku tidak meninggalkanmu untuk menikah dengan Jimin eoh! Tidak usah cemas!”
Jawab Sana sambil memukul lengan Jinhwan. Jinhwan tersenyum cerah mendapat reaksi baik dari Sana. Oh sialan sialan.
“Ah arra, berjanjilah kau juga akan menikah denganku, tidak hanya dengan Jimin!”
Seru Jinhwan semangat. Hah? Menikah dengan Jinhwan? Tidak hanya dengan Jimin? Mimpi apa namja gila itu. Aish sepertinya pengaruh si kacamata botol itu membuat sepupuku menjadi tidak waras. Jimin mungkin lebih muda dari Jinhwan tapi Jimin tau bahwa dimana mana ikatan pernikahan hanya ada di antara seorang yeoja dan seorang namja! Bukan seorang yeoja dengan dua orang namja!
“Tentu saja Oppa! Sana berjanji!”
Jawab Sana menyetujui pernyataan Jinhwan yang terkesan blak blakan dan terlalu berlebihan untuk anak seusia 6 tahun itu.
.. Jinhwan Saekki ya! Aku benar benar emosi sekarang! Lihat saja kau Jinhwan! Aku sungguh membencimu sekarang
Flashback off
Aku tersenyum malu mengingat hal hal seperti itu. Aku baru ingat dulu saat aku menyukai Seulyeon namun Seulyeon tidak meresponku, aku lantas menghukumnya dengan sebotol susu yang kutumpahkan dirambutnya. Karena si malaikat Kim Jinhwan menyelamatkannya dia jadi tidak mendapat banyak hukuman dariku. Lalu aku mulai merelakan Seulyeon kecil berkaca mata botol itu untuk sepupuku Jinhwan dan mengalhkan hatiku pada Sana kecil yang kini menjadi yeoja sexy yang duduk manis di depanku. Oh dulu aku sempat berharap bisa menikah dengan Sana juga kan? Haha Jimin kecil seleramu tidak buruk juga haha.. tapi mengapa Jimin yang sekarang seleranya kembali buruk seburuk cinta pertama Jimin kecil? ah molla..
Aku lelah, tiba tiba terpikir di kepalaku sekelebat pemikiran, mengapa aku tak bisa melepas Seulyeon untuk Jinhwan.. untuk yang kedua kalinya? Mengapa itu begitu sulit? Mengapa aku benar benar memiliki hasrat yang sungguh besar untuk memiliki Seulyeon? Padahal aku sendiri juga sadar, Seulyeon bahkan tak pernah meresponku? Astaga ada apa dengan diriku?
Aku tersenyum kecut menertawakan kebodohan diriku sendiri.
“Hey Jimin kenapa kau tertawa sendiri?”
Seru Sana membangunkanku dari kelamnya lamunanku terhadap masa lalu dan segala perasaanku. Aku malu. Mungkin telingaku memerah sekarang.
“Ah aniya.. hey kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?”
“Ah itu..”
Sana kembali memotong ucapannya, tatapannya berubah menjadi sendu. Seperti ingin menangis tapi sulit mungkin baginya. Aku tau.. karena aku sendiri jika dipaksa untuk mengatakan hal yang seperti kutanyakan pada Sana mungkin aku juga akan menangis. Oh ayolah tapi aku masih bisa menguasai diriku.
“Lanjutkan saja tidak papa”
Celotehku sambil menuangkan wine digelasku dan gelas milik Sana.
“Kalaupun sekarang aku masih bisa, aku ingin mewujudkan janjiku dulu ketika kami masih kecil pada Jinhwan. Tapi mungkin Jinhwan masih menyukai yeoja berkacamata botol dulu itu”
Jawab Sana yang tampak tegar. Oh sebentar? Apa dia menyebut Seulyeon tadi?
“Hey darimana kau tahu kalau sepupuku menyukai Seulyeon?”
“Haha.. tentu saja! aku mengenal Kim Hanbin, dongsaeng Jinhwan”
“Dari mana kau mengenalnya?”
“Kau akan mengetahuinya nanti Jimin, aku harus pergi sekarang”
X-Beautiful Liar-X
Author POV
Hari ini adalah hari kepindahan Jimin menuju rumah keluarga Kim. Paman dan bibi Jimin sudah pasti menyambutnya dengan hangat. Jimin memamerkan senyumannya ketika memasuki daun pintu istana Kim. Hanya saja senyuman itu tak lama kemudian mulai luntur, Jimin tentu masih ingat kalau rivalnya masih tinggal disini.
“Jimin, kau bisa tidur di kamar ini”
Perintah Nyonya Kim. Jimin menganggukkan kepalanya mantap. Ruangan berwarna hitam putih dengan model ranjang penuh ukiran jenis baru. Oh Jimin baru saja ingat, dia belum bertemu kedua sepupunya. Oh ada baiknya dia ke kamar Hanbin.
“Hanbin ah”
Panggil Jimin saat membuka pintu kamar Hanbin yang terletak disebelah kamar barunya. Hanbin tengah sibuk membolak balikkan majalah penuh dengan deretan harga peralatan olahraga, sekilas melihat Jimin lalu terfokus dengan majalahnya lagi.
“Masuklah hyung”
Jawab Hanbin tanpa melirik Jimin.
Jimin POV
“Hyung, apa kau membohongi Jungkook dan Taehyung?”
Tanya Hanbin to the point. Hah? Membohongi? Aku membohongi soal apa?
“Anio wae?”
“Mereka bilang kau menipunya. Mereka tidak mau lagi berteman denganku gara gara kau”
Jawab Hanbin kesal padaku, aku tau Hanbin marah besar padaku. tapi aku tidak ingat apa yang kulakukan pada Jungkook dan Taehyung.. atau eoh sebentar.. apa jangan jangan Jungkook dan Taehyung memberitahukan hal itu pada Hanbin?
“Oh, apa mereka memberitahumu?”
“Memberitahu apa hyung?”
“Ah aniya.. aku pergi dulu, sampaikan pamitku pada bibi Kim”
Aku langsung melesat pergi keluar rumah. Aku mengirimkan pesan singkat pada Taehyung dan Jungkook.
“Cepat temui aku di cafe biasa!”
Send-


TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar