Aku berjalan pelan sambil mengamati seisi ruangan. Ini masih siang dan
cukup sepi untuk hitungan diskotik sebesar ini.
“Aw..”
Sialan aku menabrak seseorang.
“Mian.. aku tidak
melihat..—“
“Kau!” teriak kami bersamaan.
“Oh kebetulan sekali”
Seru yeoja berparas manis dengan surai hitam legam sebahu. Dress merahnya
tampak mencolok dan rrr cocok sekali dengan bentuk tubuhnya.
“Hey kau melihat apa?”
Celetuk yeoja didepanku yang cukup membuatku salah tingkah. Ukh bodoh kau
Park Jimin, apa yang tengah kau lakukan.
Setelah banyak berbasa basi, aku mengajaknya untuk disalah satu meja di
ujung tempat bar yang penuh dengan jejeran soju yang sangat menggoda diriku.
Ya, dia adalah Sana, Minatozaki Sana teman masa kecilku dan Jinhwan.
Sana adalah yeoja yang sangat periang, yeoja Jepang ini cukup cerewet tapi
entahlah aku tidak pernah merasa bosan banyak bercerita dengannya.
“Hey, gadis manis sejak kapan kau
menyukai tempat seperti ini dan err.. pakaianmu bukan seperti pakaian yeoja 17 tahun”
Godaku sambil meneguk segelas wine yang telah dituangkan Sana untukku.
Double shoot, huft itu nikmat.
“Aku tidak sepolos itu untuk
tidak mengetahui tempat seperti ini, aku hanya sedang ingin melepaskan bebanku
saja”
Jawabnya sambil tersenyum. Gadis ini benar benar tidak berubah, tetap saja
masih suka menyimpan segala sesuatunya sendirian. Aku ikut tersenyum simpul
mendengar kebohongannya, dari tatap matanyapun jelas, ia sedang menahan dirinya
untuk tidak menangis.
“Apa hatimu masih tertinggal
disepupuku? Ah lucu sekali”
Sana tampak terkejut mendengar pernyataanku, nyaris tersedak segelas wine
yang coba ia tegak mengimbangi gelas gelas wine yang sudah kuhabiskan.
X-Beautiful Liar-X
Jinhwan POV
Ah sial seingatku kertas hasil pengecekan sample darah milikku kemarin ku
taruh di laci. Aish bagaimana jika keluarga Hwang mengetahuinya, sungguh aku
tak berani membawanya pulang kalaupun kertas itu kutemukan. Aku benar benar
tidak ingin menyakiti semua keluargaku terutama Eomma.
Aku sudah mengecek di seluruh lemari, loker, ranjang tidur.. dan uh? Apa
aku menaruhnya di dalam dompetku? Ah sial. Aku menepuk jidatku sendiri, aku
baru ingat jika kertas berwarna pastel itu kumasukkan dalam dompet abu abu
milikku.
Apa terjatuh di kamar Seulyeon? Ah benar benar sial.
Oh poor Jinhwan~
Seulyeon POV
Aish apakah ini benar benar kamarku? Hanya sehari Jinhwan tak
membersihkannya kamar ini, tapi rupa kamarku sudah seperti kapal titanic yang
hancur setelah menabrak iceberg. Oh sialan.
Anak itu mungkin tidur, dia pasti masih harus banyak istirahat. Dia masih
belum benar benar pulih. Kalian boleh mengatakan dia terlalu manja. Sekecil apa
rumahnya hingga ia tidak nyaman di rumahnya, malahtidur ditempatku dengan
alasan menjagaku dan eomma lantaran tidak ada namja di rumah kami selain Hak
ahjussi yang bekerja sebagai supir di rumahku. Alasan yang tidak masuk akal
bukan?
Sebenarnya tadi Jinhwan sudah kesini, dia ingin menata kamarku, tapi tentu
saja mana kuberi izin—aku masih punya hati. Jinan masih sakit dan aku tau itu.
Ia juga sempat mengajakku ke toko buku. Kalian ingatkan? Kamusku yang
tertinggal didalam taksi? Jinhwan mengajakku untuk membeli kamus itu lagi. Tapi
aku tidak percaya, mana ada uang namja pendek itu. Ia melemparkan dompetnya
begitu saja dan.. ommo.. dia lupa tidak membawa dompetnya kembali.
Aku mencari dompet Jinhwan dan oh.. ternyata terlempar disamping boneka
pororoku. Kelabu, entah sejak kapan Jinhwan makin suka dengan warna abu abu. Ah
apa Jinhwan menyimpan foto yeoja yang ia sukai dalam dompetnya?
Aku membuka satu persatu bagian dompet milik Jinhwan, isinya hanya 2 kartu
kredit, 1 atm dan beberapa struk belanja tertata rapi didalamnya.
Oh ada resleting kecil didalamnya aku membuka sisi bagian tersebut dan
menemukan sebuah kertas berwarna pastel. Namja ini suka menulis note?
Rumah sakit?
Jantung lemah?
Siapa yang sakit?
Brakkk!
Kim Jinhwan. Dia terpaku setelah membuka pintu kamarku dengan kerasnya,
nafasnya terengah engah? Anak ini kenapa? Bahkan kamarnya dengan kamarku hanya
berjarak 5 langkah. Apa harus dia lari seperti sedang dikejaar hantu? Hey
rumahku tidak berhantu bodoh. kau hantunya Jinanie.
Jinhwan POV
Aku benar benar terkejut ketika saat aku memasuki kamar Seulyeon, ia nampak
tengah membaca kertas warna pastel itu.
Bad luck.
“Ya apa kau baru saja
melihat hantu?”
Tanya Seulyeon memergokiku, aku hanya menggelengkan kepalaku untuk
meyakinkannya. Oh sialan bagaimana jika dia sudah membaca kertas yang ia
pegang, aku harus apa?
“Benarkah? Oh ya Jinanie,
siapa yang sakit?”
Tanya Seulyeon menunjukkan kertas yang masih terlipat separuh padaku. apa
dia tidak membaca namaku? Oh bagus.. lalu aku harus jawab apa?
Aku merampas kertas itu dan tersenyum kikuk. Aku menggaruk tengkukku yang
sama sekal tidak gatal.
“Ah itu.. Jimin.. ya Park
Jimin”
Jawabku gugup. Aku sungguh baru pertama kali ini berbohong pada Seulyeon.
Sungguh, aku bukan orang yang suka menutup diri padanya, tapi aku tidak mau
membuatnya khawatir.
“Oh.. lalu mengapa kau yang
menyimpannya?”
Tanya Seulyeon sambil menumpuk beberapa kamus bahasa inggris dan menaruhnya
di rak buku miliknya. Sesekali ia melirikku lalu mulai menumpuk buku lain yang
ikut berserakan.
“Ah itu.. Jimin masih takut
memberitahukan pada eomma appanya, jadi aku yang menyimpannya”
Oh sungguh aku berharap tidak ada pertanyaan lain lagi.
“Lalu apa dia baik baik
saja?”
Deg!? Kenapa dadaku terasa sakit lagi? Oh ayo Jinhwan, kau harus
menjawabnya apapun asal kau tidak mengakui kalau si pemilik penyakit itu adalah
dirimu sendiri.
“Tentu..!”
“Oh kasihan sekali, ah
fansku berkurang jika dia kenapa napa”
Jawab Seulyeon sambil melipat selimut pororo miliknya. Aku menyusulnya dan
duduk di ujung ranjang Big size nya. Aku mengambil boneka pororo milik
Seulyeon, tersenyum sebentar mengingat sifat Seulyeon yang selalu gila urusan
sekalipun dia tidak mengenal dekat si pemilik masalah. Seulyeon mungkin tampak
menjadi sangat cuek, tapi sesungguhnya dialah yang paling peduli diantara yang
lain.
“Apa kau
mengkhawatirkannya?”
“Tentu tidak”
X-Beautiful Liar-X
“Mengakulah, aku tidak akan
menertawakanmu”
Celingukku memergoki yeoja yang sudah menghabiskan sebotol soju. Hebatnya
dia sama sekali tidak dalam pengaruh minuman itu. Mungkin dia sudah terbiasa
banyak minum.
“Aish, molla.. mmm.. mungkin
iya, tapi aku sudah punya namja lain”
“Oh begitu”
Sudah kuduga, yeoja ini masih tetap menyukai Kim Jinhwan. Memang benar
adanya, kalau cinta pertama susah dilupakan. Tidak hanya terjadi padanya, aku
juga begitu jadi sebenarnya... ah nanti dulu ada baiknya aku menanyakan hal ini
terlebih dahulu lalu menceritakannya pada kalian? Benar bukan? Haha rencana
yang bagus.
“Lalu kenapa kau tidak
kembali padanya?”
Tanyaku pada Sana, dia tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu.
Ya, dulu.. dulu sekali.. saat Jinhwan belum bersahabat dekat dengan
Seulyeon, dia dekat dengan Sana. Bahkan mereka sempat mengucap sebuah janji
konyol yang dilakukan anak berusia 6 tahun.
Flashback ON
“Sana yaaa!”
Teriak Jinhwan memekik ditelingaku dan Sana. Padahal jarak kami masih
terpaut jauh tapi suara Jinhwan cukup membuat telingaku dan Sana yang sedang
bermain di taman merasa sedikit sakit dan nyeri.
Aish apa tidak cukup dia berteman dengan si yeoja kacamata botol Hwang
Seulyeon itu? Bukankah aku sudah berbaik hati melepaskan Seulyeon untuknya? Apa
masih kurang puas dia? Haish rakus sekali! Ck, mengganggu saja.
“Wae Jinhwan ah?”
Tanya Sana sambil berdiri membetulkan rok nya lalu kemudian kembali duduk
disebelahku.
“Ya! Kenapa kalian
meninggalkanku?”
Eluh Jinhwan sambil mengerutkan dahinya, aish sok imut sekali kau kira Sana
akan menyukaimu eoh? Aku sangat jijik rasanya melihat sepupuku menggelayut
manja di depan yeoja Jepang yang kutaksir. Baru juga kukenalkan 2 minggu yang
lalu, hubungan mereka sudah seperti 2 tahun saja, huh menyebalkan. aku menyesal
mengenalkan yeoja yang kusukai pada Jinhwan. Aish jinjja.
“Memangnya apa keperluanku
sehingga aku harus mengajakmu?”
Jawabku sinis, aku benar benar tidak suka kalau Qtime ku diganggu.
Destroyer kau! Sana menatapku dengan pandangan tak suka, tapi aku
mengacuhkannya. Aku pura pura tidak melihatnya.
“Ya! Aku tidak
meninggalkanmu untuk menikah dengan Jimin eoh! Tidak usah cemas!”
Jawab Sana sambil memukul lengan Jinhwan. Jinhwan tersenyum cerah mendapat
reaksi baik dari Sana. Oh sialan sialan.
“Ah arra, berjanjilah kau
juga akan menikah denganku, tidak hanya dengan Jimin!”
Seru Jinhwan semangat. Hah? Menikah dengan Jinhwan? Tidak hanya dengan
Jimin? Mimpi apa namja gila itu. Aish sepertinya pengaruh si kacamata botol itu
membuat sepupuku menjadi tidak waras. Jimin mungkin lebih muda dari Jinhwan
tapi Jimin tau bahwa dimana mana ikatan pernikahan hanya ada di antara seorang
yeoja dan seorang namja! Bukan seorang yeoja dengan dua orang namja!
“Tentu saja Oppa! Sana
berjanji!”
Jawab Sana menyetujui pernyataan Jinhwan yang terkesan blak blakan dan
terlalu berlebihan untuk anak seusia 6 tahun itu.
.. Jinhwan Saekki ya! Aku benar benar emosi sekarang! Lihat saja kau
Jinhwan! Aku sungguh membencimu sekarang
Flashback off
Aku tersenyum malu mengingat hal hal seperti itu. Aku baru ingat dulu saat
aku menyukai Seulyeon namun Seulyeon tidak meresponku, aku lantas menghukumnya
dengan sebotol susu yang kutumpahkan dirambutnya. Karena si malaikat Kim
Jinhwan menyelamatkannya dia jadi tidak mendapat banyak hukuman dariku. Lalu
aku mulai merelakan Seulyeon kecil berkaca mata botol itu untuk sepupuku
Jinhwan dan mengalhkan hatiku pada Sana kecil yang kini menjadi yeoja sexy yang
duduk manis di depanku. Oh dulu aku sempat berharap bisa menikah dengan Sana
juga kan? Haha Jimin kecil seleramu tidak buruk juga haha.. tapi mengapa Jimin
yang sekarang seleranya kembali buruk seburuk cinta pertama Jimin kecil? ah
molla..
Aku lelah, tiba tiba terpikir di kepalaku sekelebat pemikiran, mengapa aku
tak bisa melepas Seulyeon untuk Jinhwan.. untuk yang kedua kalinya? Mengapa itu
begitu sulit? Mengapa aku benar benar memiliki hasrat yang sungguh besar untuk
memiliki Seulyeon? Padahal aku sendiri juga sadar, Seulyeon bahkan tak pernah
meresponku? Astaga ada apa dengan diriku?
Aku tersenyum kecut menertawakan kebodohan diriku sendiri.
“Hey Jimin kenapa kau
tertawa sendiri?”
Seru Sana membangunkanku dari kelamnya lamunanku terhadap masa lalu dan
segala perasaanku. Aku malu. Mungkin telingaku memerah sekarang.
“Ah aniya.. hey kenapa kau
tidak menjawab pertanyaanku?”
“Ah itu..”
Sana kembali memotong ucapannya, tatapannya berubah menjadi sendu. Seperti
ingin menangis tapi sulit mungkin baginya. Aku tau.. karena aku sendiri jika
dipaksa untuk mengatakan hal yang seperti kutanyakan pada Sana mungkin aku juga
akan menangis. Oh ayolah tapi aku masih bisa menguasai diriku.
“Lanjutkan saja tidak papa”
Celotehku sambil menuangkan wine digelasku dan gelas milik Sana.
“Kalaupun sekarang aku masih
bisa, aku ingin mewujudkan janjiku dulu ketika kami masih kecil pada Jinhwan.
Tapi mungkin Jinhwan masih menyukai yeoja berkacamata botol dulu itu”
Jawab Sana yang tampak tegar. Oh sebentar? Apa dia menyebut Seulyeon tadi?
“Hey darimana kau tahu kalau
sepupuku menyukai Seulyeon?”
“Haha.. tentu saja! aku
mengenal Kim Hanbin, dongsaeng Jinhwan”
“Dari mana kau mengenalnya?”
“Kau akan mengetahuinya
nanti Jimin, aku harus pergi sekarang”
X-Beautiful Liar-X
Author POV
Hari ini adalah hari kepindahan Jimin menuju rumah keluarga Kim. Paman dan
bibi Jimin sudah pasti menyambutnya dengan hangat. Jimin memamerkan senyumannya
ketika memasuki daun pintu istana Kim. Hanya saja senyuman itu tak lama
kemudian mulai luntur, Jimin tentu masih ingat kalau rivalnya masih tinggal
disini.
“Jimin, kau bisa tidur di
kamar ini”
Perintah Nyonya Kim. Jimin menganggukkan kepalanya mantap. Ruangan berwarna
hitam putih dengan model ranjang penuh ukiran jenis baru. Oh Jimin baru saja
ingat, dia belum bertemu kedua sepupunya. Oh ada baiknya dia ke kamar Hanbin.
“Hanbin ah”
Panggil Jimin saat membuka pintu kamar Hanbin yang terletak disebelah kamar
barunya. Hanbin tengah sibuk membolak balikkan majalah penuh dengan deretan
harga peralatan olahraga, sekilas melihat Jimin lalu terfokus dengan majalahnya
lagi.
“Masuklah hyung”
Jawab Hanbin tanpa melirik Jimin.
Jimin POV
“Hyung, apa kau membohongi
Jungkook dan Taehyung?”
Tanya Hanbin to the point. Hah? Membohongi? Aku membohongi soal apa?
“Anio wae?”
“Mereka bilang kau
menipunya. Mereka tidak mau lagi berteman denganku gara gara kau”
Jawab Hanbin kesal padaku, aku tau Hanbin marah besar padaku. tapi aku
tidak ingat apa yang kulakukan pada Jungkook dan Taehyung.. atau eoh sebentar..
apa jangan jangan Jungkook dan Taehyung memberitahukan hal itu pada Hanbin?
“Oh, apa mereka
memberitahumu?”
“Memberitahu apa hyung?”
“Ah aniya.. aku pergi dulu,
sampaikan pamitku pada bibi Kim”
Aku langsung melesat pergi keluar rumah. Aku mengirimkan pesan singkat pada
Taehyung dan Jungkook.
“Cepat temui aku di cafe
biasa!”
Send-
TBC