Minggu, 28 Februari 2016

Beautiful Liar Fanfiction Chapter 06

Jimin POV
Aku berjalan pelan sambil mengamati seisi ruangan. Ini masih siang dan cukup sepi untuk hitungan diskotik sebesar ini.
“Aw..”
Sialan aku menabrak seseorang.
“Mian.. aku tidak melihat..—“
“Kau!” teriak kami bersamaan.
“Oh kebetulan sekali”
Seru yeoja berparas manis dengan surai hitam legam sebahu. Dress merahnya tampak mencolok dan rrr cocok sekali dengan bentuk tubuhnya.
“Hey kau melihat apa?”
Celetuk yeoja didepanku yang cukup membuatku salah tingkah. Ukh bodoh kau Park Jimin, apa yang tengah kau lakukan.
Setelah banyak berbasa basi, aku mengajaknya untuk disalah satu meja di ujung tempat bar yang penuh dengan jejeran soju yang sangat menggoda diriku. Ya, dia adalah Sana, Minatozaki Sana teman masa kecilku dan Jinhwan.
Sana adalah yeoja yang sangat periang, yeoja Jepang ini cukup cerewet tapi entahlah aku tidak pernah merasa bosan banyak bercerita dengannya.
Hey, gadis manis sejak kapan kau menyukai tempat seperti ini dan err.. pakaianmu bukan seperti pakaian yeoja 17  tahun”
Godaku sambil meneguk segelas wine yang telah dituangkan Sana untukku. Double shoot, huft itu nikmat.
“Aku tidak sepolos itu untuk tidak mengetahui tempat seperti ini, aku hanya sedang ingin melepaskan bebanku saja”
Jawabnya sambil tersenyum. Gadis ini benar benar tidak berubah, tetap saja masih suka menyimpan segala sesuatunya sendirian. Aku ikut tersenyum simpul mendengar kebohongannya, dari tatap matanyapun jelas, ia sedang menahan dirinya untuk tidak menangis.
“Apa hatimu masih tertinggal disepupuku? Ah lucu sekali”
Sana tampak terkejut mendengar pernyataanku, nyaris tersedak segelas wine yang coba ia tegak mengimbangi gelas gelas wine yang sudah kuhabiskan.
X-Beautiful Liar-X
Jinhwan POV

Ah sial seingatku kertas hasil pengecekan sample darah milikku kemarin ku taruh di laci. Aish bagaimana jika keluarga Hwang mengetahuinya, sungguh aku tak berani membawanya pulang kalaupun kertas itu kutemukan. Aku benar benar tidak ingin menyakiti semua keluargaku terutama Eomma.
Aku sudah mengecek di seluruh lemari, loker, ranjang tidur.. dan uh? Apa aku menaruhnya di dalam dompetku? Ah sial. Aku menepuk jidatku sendiri, aku baru ingat jika kertas berwarna pastel itu kumasukkan dalam dompet abu abu milikku.
Apa terjatuh di kamar Seulyeon? Ah benar benar sial.
Oh poor Jinhwan~
Seulyeon POV
Aish apakah ini benar benar kamarku? Hanya sehari Jinhwan tak membersihkannya kamar ini, tapi rupa kamarku sudah seperti kapal titanic yang hancur setelah menabrak iceberg. Oh sialan.
Anak itu mungkin tidur, dia pasti masih harus banyak istirahat. Dia masih belum benar benar pulih. Kalian boleh mengatakan dia terlalu manja. Sekecil apa rumahnya hingga ia tidak nyaman di rumahnya, malahtidur ditempatku dengan alasan menjagaku dan eomma lantaran tidak ada namja di rumah kami selain Hak ahjussi yang bekerja sebagai supir di rumahku. Alasan yang tidak masuk akal bukan?
Sebenarnya tadi Jinhwan sudah kesini, dia ingin menata kamarku, tapi tentu saja mana kuberi izin—aku masih punya hati. Jinan masih sakit dan aku tau itu.
Ia juga sempat mengajakku ke toko buku. Kalian ingatkan? Kamusku yang tertinggal didalam taksi? Jinhwan mengajakku untuk membeli kamus itu lagi. Tapi aku tidak percaya, mana ada uang namja pendek itu. Ia melemparkan dompetnya begitu saja dan.. ommo.. dia lupa tidak membawa dompetnya kembali.
Aku mencari dompet Jinhwan dan oh.. ternyata terlempar disamping boneka pororoku. Kelabu, entah sejak kapan Jinhwan makin suka dengan warna abu abu. Ah apa Jinhwan menyimpan foto yeoja yang ia sukai dalam dompetnya?
Aku membuka satu persatu bagian dompet milik Jinhwan, isinya hanya 2 kartu kredit, 1 atm dan beberapa struk belanja tertata rapi didalamnya.
Oh ada resleting kecil didalamnya aku membuka sisi bagian tersebut dan menemukan sebuah kertas berwarna pastel. Namja ini suka menulis note?
Rumah sakit?
Jantung lemah?
Siapa yang sakit?
Brakkk!
Kim Jinhwan. Dia terpaku setelah membuka pintu kamarku dengan kerasnya, nafasnya terengah engah? Anak ini kenapa? Bahkan kamarnya dengan kamarku hanya berjarak 5 langkah. Apa harus dia lari seperti sedang dikejaar hantu? Hey rumahku tidak berhantu bodoh. kau hantunya Jinanie.
Jinhwan POV
Aku benar benar terkejut ketika saat aku memasuki kamar Seulyeon, ia nampak tengah  membaca kertas warna pastel itu. Bad luck.
“Ya apa kau baru saja melihat hantu?”
Tanya Seulyeon memergokiku, aku hanya menggelengkan kepalaku untuk meyakinkannya. Oh sialan bagaimana jika dia sudah membaca kertas yang ia pegang, aku harus apa?
“Benarkah? Oh ya Jinanie, siapa yang sakit?”
Tanya Seulyeon menunjukkan kertas yang masih terlipat separuh padaku. apa dia tidak membaca namaku? Oh bagus.. lalu aku harus jawab apa?
Aku merampas kertas itu dan tersenyum kikuk. Aku menggaruk tengkukku yang sama sekal tidak gatal.
“Ah itu.. Jimin.. ya Park Jimin”
Jawabku gugup. Aku sungguh baru pertama kali ini berbohong pada Seulyeon. Sungguh, aku bukan orang yang suka menutup diri padanya, tapi aku tidak mau membuatnya khawatir.
“Oh.. lalu mengapa kau yang menyimpannya?”
Tanya Seulyeon sambil menumpuk beberapa kamus bahasa inggris dan menaruhnya di rak buku miliknya. Sesekali ia melirikku lalu mulai menumpuk buku lain yang ikut berserakan.
“Ah itu.. Jimin masih takut memberitahukan pada eomma appanya, jadi aku yang menyimpannya”
Oh sungguh aku berharap tidak ada pertanyaan lain lagi.
“Lalu apa dia baik baik saja?”
Deg!? Kenapa dadaku terasa sakit lagi? Oh ayo Jinhwan, kau harus menjawabnya apapun asal kau tidak mengakui kalau si pemilik penyakit itu adalah dirimu sendiri.
“Tentu..!”
“Oh kasihan sekali, ah fansku berkurang jika dia kenapa napa”
Jawab Seulyeon sambil melipat selimut pororo miliknya. Aku menyusulnya dan duduk di ujung ranjang Big size nya. Aku mengambil boneka pororo milik Seulyeon, tersenyum sebentar mengingat sifat Seulyeon yang selalu gila urusan sekalipun dia tidak mengenal dekat si pemilik masalah. Seulyeon mungkin tampak menjadi sangat cuek, tapi sesungguhnya dialah yang paling peduli diantara yang lain.
“Apa kau mengkhawatirkannya?”
“Tentu tidak”
X-Beautiful Liar-X
Jimin POV
he so kyattt
“Mengakulah, aku tidak akan menertawakanmu”
Celingukku memergoki yeoja yang sudah menghabiskan sebotol soju. Hebatnya dia sama sekali tidak dalam pengaruh minuman itu. Mungkin dia sudah terbiasa banyak minum.
“Aish, molla.. mmm.. mungkin iya, tapi aku sudah punya namja lain”
“Oh begitu”
Sudah kuduga, yeoja ini masih tetap menyukai Kim Jinhwan. Memang benar adanya, kalau cinta pertama susah dilupakan. Tidak hanya terjadi padanya, aku juga begitu jadi sebenarnya... ah nanti dulu ada baiknya aku menanyakan hal ini terlebih dahulu lalu menceritakannya pada kalian? Benar bukan? Haha rencana yang bagus.
“Lalu kenapa kau tidak kembali padanya?”
Tanyaku pada Sana, dia tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu.
Ya, dulu.. dulu sekali.. saat Jinhwan belum bersahabat dekat dengan Seulyeon, dia dekat dengan Sana. Bahkan mereka sempat mengucap sebuah janji konyol yang dilakukan anak berusia 6 tahun.
Flashback ON
“Sana yaaa!”
Teriak Jinhwan memekik ditelingaku dan Sana. Padahal jarak kami masih terpaut jauh tapi suara Jinhwan cukup membuat telingaku dan Sana yang sedang bermain di taman merasa sedikit sakit dan nyeri.
Aish apa tidak cukup dia berteman dengan si yeoja kacamata botol Hwang Seulyeon itu? Bukankah aku sudah berbaik hati melepaskan Seulyeon untuknya? Apa masih kurang puas dia? Haish rakus sekali! Ck, mengganggu saja.
“Wae Jinhwan ah?”
Tanya Sana sambil berdiri membetulkan rok nya lalu kemudian kembali duduk disebelahku.
“Ya! Kenapa kalian meninggalkanku?”
Eluh Jinhwan sambil mengerutkan dahinya, aish sok imut sekali kau kira Sana akan menyukaimu eoh? Aku sangat jijik rasanya melihat sepupuku menggelayut manja di depan yeoja Jepang yang kutaksir. Baru juga kukenalkan 2 minggu yang lalu, hubungan mereka sudah seperti 2 tahun saja, huh menyebalkan. aku menyesal mengenalkan yeoja yang kusukai pada Jinhwan. Aish jinjja.
“Memangnya apa keperluanku sehingga aku harus mengajakmu?”
Jawabku sinis, aku benar benar tidak suka kalau Qtime ku diganggu. Destroyer kau! Sana menatapku dengan pandangan tak suka, tapi aku mengacuhkannya. Aku pura pura tidak melihatnya.
“Ya! Aku tidak meninggalkanmu untuk menikah dengan Jimin eoh! Tidak usah cemas!”
Jawab Sana sambil memukul lengan Jinhwan. Jinhwan tersenyum cerah mendapat reaksi baik dari Sana. Oh sialan sialan.
“Ah arra, berjanjilah kau juga akan menikah denganku, tidak hanya dengan Jimin!”
Seru Jinhwan semangat. Hah? Menikah dengan Jinhwan? Tidak hanya dengan Jimin? Mimpi apa namja gila itu. Aish sepertinya pengaruh si kacamata botol itu membuat sepupuku menjadi tidak waras. Jimin mungkin lebih muda dari Jinhwan tapi Jimin tau bahwa dimana mana ikatan pernikahan hanya ada di antara seorang yeoja dan seorang namja! Bukan seorang yeoja dengan dua orang namja!
“Tentu saja Oppa! Sana berjanji!”
Jawab Sana menyetujui pernyataan Jinhwan yang terkesan blak blakan dan terlalu berlebihan untuk anak seusia 6 tahun itu.
.. Jinhwan Saekki ya! Aku benar benar emosi sekarang! Lihat saja kau Jinhwan! Aku sungguh membencimu sekarang
Flashback off
Aku tersenyum malu mengingat hal hal seperti itu. Aku baru ingat dulu saat aku menyukai Seulyeon namun Seulyeon tidak meresponku, aku lantas menghukumnya dengan sebotol susu yang kutumpahkan dirambutnya. Karena si malaikat Kim Jinhwan menyelamatkannya dia jadi tidak mendapat banyak hukuman dariku. Lalu aku mulai merelakan Seulyeon kecil berkaca mata botol itu untuk sepupuku Jinhwan dan mengalhkan hatiku pada Sana kecil yang kini menjadi yeoja sexy yang duduk manis di depanku. Oh dulu aku sempat berharap bisa menikah dengan Sana juga kan? Haha Jimin kecil seleramu tidak buruk juga haha.. tapi mengapa Jimin yang sekarang seleranya kembali buruk seburuk cinta pertama Jimin kecil? ah molla..
Aku lelah, tiba tiba terpikir di kepalaku sekelebat pemikiran, mengapa aku tak bisa melepas Seulyeon untuk Jinhwan.. untuk yang kedua kalinya? Mengapa itu begitu sulit? Mengapa aku benar benar memiliki hasrat yang sungguh besar untuk memiliki Seulyeon? Padahal aku sendiri juga sadar, Seulyeon bahkan tak pernah meresponku? Astaga ada apa dengan diriku?
Aku tersenyum kecut menertawakan kebodohan diriku sendiri.
“Hey Jimin kenapa kau tertawa sendiri?”
Seru Sana membangunkanku dari kelamnya lamunanku terhadap masa lalu dan segala perasaanku. Aku malu. Mungkin telingaku memerah sekarang.
“Ah aniya.. hey kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?”
“Ah itu..”
Sana kembali memotong ucapannya, tatapannya berubah menjadi sendu. Seperti ingin menangis tapi sulit mungkin baginya. Aku tau.. karena aku sendiri jika dipaksa untuk mengatakan hal yang seperti kutanyakan pada Sana mungkin aku juga akan menangis. Oh ayolah tapi aku masih bisa menguasai diriku.
“Lanjutkan saja tidak papa”
Celotehku sambil menuangkan wine digelasku dan gelas milik Sana.
“Kalaupun sekarang aku masih bisa, aku ingin mewujudkan janjiku dulu ketika kami masih kecil pada Jinhwan. Tapi mungkin Jinhwan masih menyukai yeoja berkacamata botol dulu itu”
Jawab Sana yang tampak tegar. Oh sebentar? Apa dia menyebut Seulyeon tadi?
“Hey darimana kau tahu kalau sepupuku menyukai Seulyeon?”
“Haha.. tentu saja! aku mengenal Kim Hanbin, dongsaeng Jinhwan”
“Dari mana kau mengenalnya?”
“Kau akan mengetahuinya nanti Jimin, aku harus pergi sekarang”
X-Beautiful Liar-X
Author POV
Hari ini adalah hari kepindahan Jimin menuju rumah keluarga Kim. Paman dan bibi Jimin sudah pasti menyambutnya dengan hangat. Jimin memamerkan senyumannya ketika memasuki daun pintu istana Kim. Hanya saja senyuman itu tak lama kemudian mulai luntur, Jimin tentu masih ingat kalau rivalnya masih tinggal disini.
“Jimin, kau bisa tidur di kamar ini”
Perintah Nyonya Kim. Jimin menganggukkan kepalanya mantap. Ruangan berwarna hitam putih dengan model ranjang penuh ukiran jenis baru. Oh Jimin baru saja ingat, dia belum bertemu kedua sepupunya. Oh ada baiknya dia ke kamar Hanbin.
“Hanbin ah”
Panggil Jimin saat membuka pintu kamar Hanbin yang terletak disebelah kamar barunya. Hanbin tengah sibuk membolak balikkan majalah penuh dengan deretan harga peralatan olahraga, sekilas melihat Jimin lalu terfokus dengan majalahnya lagi.
“Masuklah hyung”
Jawab Hanbin tanpa melirik Jimin.
Jimin POV
“Hyung, apa kau membohongi Jungkook dan Taehyung?”
Tanya Hanbin to the point. Hah? Membohongi? Aku membohongi soal apa?
“Anio wae?”
“Mereka bilang kau menipunya. Mereka tidak mau lagi berteman denganku gara gara kau”
Jawab Hanbin kesal padaku, aku tau Hanbin marah besar padaku. tapi aku tidak ingat apa yang kulakukan pada Jungkook dan Taehyung.. atau eoh sebentar.. apa jangan jangan Jungkook dan Taehyung memberitahukan hal itu pada Hanbin?
“Oh, apa mereka memberitahumu?”
“Memberitahu apa hyung?”
“Ah aniya.. aku pergi dulu, sampaikan pamitku pada bibi Kim”
Aku langsung melesat pergi keluar rumah. Aku mengirimkan pesan singkat pada Taehyung dan Jungkook.
“Cepat temui aku di cafe biasa!”
Send-


TBC

Rabu, 17 Februari 2016

Beautiful Liar Chapter 05

Author POV

“Yeonniya”
 Panggil Jinhwan berkali kali pada Seulyeon yang sibuk menghafal kosa kata baru dalam kamus bahasa Perancis miliknya. Jinhwan benar benar sedang dalam mood tidak baik lantaran ia terus diabaikan oleh Seulyeon. Terkadang Jinhwan berpikir bagaimana bisa seorang yeoja yang pekerjaannya hanya makan, tidur, main game juga membuka kamus bisa menjadi bintang tercerdas yang mampu menyaingi dirinya di sekolah.
 “Yeonniya, kapan kau akan meresponku?”
 Eluh Jinhwan sambil mengacak rambutnya dengan frustasi. Seharian ini Seulyeon tampak sangat tidak mempedulikan dirinya sekalipun ia telah menganggu Seulyeon berkali kali.
 “hmmm..”
Gumam Seulyeon menanggapi setelah sekian lama mendiamkan Jinhwan.
 “Ya, kau hanya bergumam saja? Aish sudahlah”
 Jawab Jinhwan meninggalkan Seulyeon sendirian. Jinhwan memutuskan untuk tidur di kamarnya.
 Jinhwan melemparkan dirinya di kasur big size miliknya. Ia merogoh saku untuk mengambil sebuah note biru laut yang pernah ia temukan di kamus Seulyeon beberapa hari yang lalu. Ia mencoba berpikir lebih jauh sekarang. Sejujurnya dia merasakan sakit yang luar biasa ketika mengetahui sepupunya menyukai sahabatnya.
 Ya.. Jinhwan juga masih punya perasaan. Dia menyayangi Jimin sama seperti dia menyayangi Hanbin. Mau bagaimanapun juga mereka berdua sama sama dongsaengnya, dan tugasnya sebagai hyung adalah menjaga dongsaengnya. Bukankah seperti itu?
 Mungkin ia rela jika papan skate boardnya dipakai oleh Hanbin sekalipun ia sangat menyukai papan skateboard itu. Tapi apa harus ia merelakan Seulyeon untuk Jimin?
 Ia mungkin belum tau pasti apa yang akan diperbuat oleh sepupunya itu. Tapi Jinhwan punya perasa firasat yang baik. Dia adalah namja yang luar biasa peka. Dia tahu Seulyeon pasti menyukai dirinya, secara Seulyeon tidak pernah dekat dengan namja selain dirinya, dan juga dia tidak punya teman yeoja. Kemungkinannya sangat besar bukan?
Dan lagi Jinhwan tau, Jimin tidak akan diam saja demi apapun yang ia inginkan.
 “Argghh”
 Kesah Jinhwan sambil meremas dada sebelah kirinya. Jangan kamu tanyakan apa yang terjadi pada Jinhwan. Jinhwan sendiri tidak tahu sebenarnya ini apa, dia merasakan hal ini sudah sangat lama. Tapi tidak satupun orang lain yang mengetahuinya, toh Jinhwan memilih tidak peduli sekalipun itu adalah penyakit yang membahayakan.
Jinhwan memang tidak pernah peduli dengan dirinya sendiri.
 “Jinaniee!”
Teriak Seulyeon mencari namjanya yang seharian ini ia diamkan. Sayangnya walaupun Jinhwan mendengar teriakannya ia malah memilih untuk pura pura tertidur, padahal dadanya masih terasa sakit dan sulit bagi Jinhwan untuk memejamkan matanya.
 Seulyeon POV
 “Jinaniee!”
Teriakku pada tuan Kim. Ah Namja itu benar benar tidak bisa di ajak bercanda. Lagipula, apa iya dia lupa kalau sekarang hari ulang tahunnya? Dasar menyusahkan saja.
Aku langsung menaiki tangga ke lantai dua. Tentu saja.. apalagi yang akan kulakukan selain mencari si tuan tampan itu. Errrr.. aku tidak munafik kalau aku mengatakan Jinhwan tampan bukan?
Aku membuka pintu dengan sangat pelan. Aish si tuan tampan pura pura tidur rupanya.
“Aish.. kau kira aku tidak bisa membedakan kau benar benar tidur atau tidak hah!”
Teriakku sambil memukulinya dengan bantal. 10 tahun bukan waktu yang sebentar untuk mempelajari bagaimana cara Jinhwan tidur.
“Hiks..”
Mworagu? Apa itu tadi suara tangisan? Ya.. apa namja ini menangis? Aigo.. namja ini benar benar tidak berubah.
“Ya. Kau kenapa eoh? Aish masih saja kau ini. hey Jinhwan! Kau sudah 17 tahun sekarang! Aish.. anak ini”
 Aku memutuskan untuk membalik tubuh Jinhwan yang sedang tengkurap. Ughh kecil kecil dia juga berat. Aish kenapa susah sekali.
 “Jinhwan?”
Aku terkejut. Sungguh, baru kali ini aku melihat Jinhwan dengan wajah sangat pucat. Oh ayolah, tadi kulihat dia baik baik saja. Separah inikah aku mengabaikannya hingga ia sepucat itu?
“Yak Jinanie! Kita ke rumah sakit sekarang arra!”

X-Beautiful Liar-X

Aish mengapa taksi ini begitu lambat berjalan?
 “Ya! Ahjussi! Tidakkah kau lihat temanku sekarat!”
“Bersabarlah nona! Jalanan Seoul yang macet ini juga bukan salahku!”
 Serang balik supir taksi sialan ini. oh sungguh demi dewa pluto yang belum sempat aku ajak berkenalan. Aku tidak ingin sesuatu hal yang tidak baik terjadi hari ini lebih tepatnya sekarang.
 “Yeonniya.. gwaenchana..”
 Jawab Jinan terbata bata.
 Baik baik saja katanya? Mati saja kau Jinan. Aku sudah kehabisan akal untuk mengerti cara berpikirmu.
“Ya. Apa kau punya riwayat penyakit? Atau kau menyembunyikan sesuatu dariku?!”
 Bentakku pada si Tuan Kim yang menyandarkan tubuhnya di pahaku. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan sesekali tersenyum. Aish namja ini ingin rasanya kubuang dia dari pangkuanku dan meninggalkannya sendirian bersama supir taksi sialan didepanku itu.
 Tapi sungguh, bukan berarti saat aku mengumpat aku ingin Jinan mati saja.. itu berarti aku ikhlas melepasnya begitu saja. Tidak. Tidak akan pernah.
 Mau bagaimanapun dia tetaplah Jinanieku, aku menyayanginya lebih dari apapun yang kumiliki saat ini. dan aku mohon semoga persetanku dengan kemacetan tak berguna ini segera selesai.
 X-Beautiful Liar-X
 Hanbin POV
 “Mwoya! Baiklah noona aku, appa dan eomma akan segera kesana”
 Ah apa benar Jinan hyung sakit? Tadi pagi saat dia meninggalkan rumah dia terlihat sangat senang. Dia hanya cengar cengir menatapku saat akan membuka pintu keluar. Aku tau tadi pagi dia membawa sebuah kamus bahasa Perancis. Toh itu sudah pasti akan diberikan pada Seulyeon noona. Hyung tidak mungkin mempelajari semacam itu.
 Setelah memberitahu eomma dan appa, kami berangkat menuju rumah sakit yang telah Seulyeon noona berikan alamatnya.

X-Beautiful Liar-X

“Bagaimana keadaan putra kami dok?”
Tanya eomma pada dokter yang baru saja keluar dari kamar tempat hyung diperiksa. Kebetulan dokter yang memeriksa Jinan hyung adalah Appa dari teman hyung sendiri. Huseok hyung.
“Syukurlah nyonya, walaupun sedikit terlambat akan tetapi Jinhwan baik baik saja. anda boleh masuk tetapi saya mohon untuk 2 orang saja.”
Jelas dokter panjang lebar. Tentu eomma dan appa hanya mengangguk anggukan kepalanya. Jangan menanyakan Seulyeon noona. Dia tampak lebih sakit dari pasien yang kulihat berlalu lalang disini. Mungkin dia merasa bersalah, tapi kalau bukan karena Seulyeon noona , hyungku belum tentu selamat bukan?
“Noona..”
 Panggilku sambil menyentuh pundak Seulyeon noona yang tampak mengurung diri di ujung lorong rumah sakit. Aku tidak tahu sebenarnya apa yang telah terjadi, karena noona sendiri hanya bilang kalau ia sedang mengantar hyung ke rumah sakit itu saja.
 “Hiks hiks” *suara orang nangis gimana sih?*
 “Ya! Noona uljima.. Hyung tidak apa apa, kau jangan menangis. Appa dan eomma tidak akan membencimu hanya karena ini”
 Jawabku menenangkan noona. Aku tau aku tidak ahli dalam hal seperti ini. tapi aku mencoba, tapi sepertinya aku salah penerapan. Aku lupa kalau noona ini namja jadi jadian.
 “Aku tidak menangis karena hyungmu paboya!”
 Teriak noona yang memekakan telinga.
Harusnya aku membawa earphone untuk menyumpal telingaku—“
“Lalu?”
 “Tasku tertinggal di taksi! Ponsel dan kamus baruku ada disana huweeeeeeee!!!”

X-Beautiful Liar-X

Jinhwan POV

Aku benar benar bahagia saat ini.
Seulyeon benar benar sangat menyayangi dan mempedulikan diriku. Oh tentu saja aku ini kan sahabatnya.. aish pabo. Aku sudah berharap yang tidak tidak.
 Tapi... apa keputusanku untuk membohongi mereka semua itu salah? Ya tuhan, aku benar hanya ingin semua dongsaengku bahagia.

Flashback on.

“Kim Jinhwan, kau sudah merasakan gejala ini sejak lama bukan?”
 Aku mengangguk lemah mendengar kicauan ayah Huseok. Huh tidak Appa tidak anaknya sama saja.
 “Tapi aku mohon, paman jangan beritahukan pada mereka dulu”
 Pintaku sambil menggenggam erat tangan Appa Huseok—Dokter Jeong.
 “Biarkan mereka tau langsung dariku”

Flashback off.

“Jinanie!”
 Teriak Seulyeon begitu memasuki ruanganku. Yeoja ini tau saja aku sedang melamun.
 Seulyeon mengambil tempat duduk yang ada di dekat ranjang tidurku. Ia mendudukinya dan langsung mendekatkan kepalanya diatas tanganku. Ia mencoba memejamkan matanya. Entahlah dia sangat menggemaskan saat seperti ini.
 “Yeonniya, apa kau mengkhawatirkanku?”
 “Tentu saja bodoh. kau kenapa menanyakan hal yang tidak berguna aish”
 Jawab Seulyeon sekenanya tanpa mengubah posisinya sama sekali. Aku mengelus surai coklatnya dan memindahkan anak rambutnya ke belakang telinga. Lucu sekali, dia benar benar tampak seperti yeoja sekarang.
 Lama lama kuperhatikan wajahnya uh sangat cantik. Mendekati sempurna jika.. hey hidung Seulyeon memerah dan matanya sedikit membengkak? Apa dia barusaja menangis?
 “Yeonniya, irreonna”
 “Aku mengantuk Jinan, bisakah kau membiarkanku seperti ini? kau membuatku lelah seharian pabo”
“Arrata arrata, keundae.. bukankah ini jam bacamu? Kenapa kau tidur?”
 Tanyaku sambil mengubah posisiku menjadi terduduk dan Seulyeon kucoba mengangkatnya ke atas ranjangku, mencoba memeluknya mungkin terdengar bagus.
 “Kau jangan marah ya?”
 Gencar Seulyeon tetap dengan memejamkan matanya. Aku hanya bergumam tidak jelas untuk mengiyakannya. Toh mau seperti apapun nakalnya Seulyeon, aku tidak mungkin marah berlebihan.
 “Kau tau kan kamus dan ponselku ada didalam tas”
 “Hmm”
 “Tasku tertinggal di taxi sialan itu"
 “hah? Itu saja? toh ponselmu juga tidak ada isinya. Ponselmu bahkan hanya ponsel berfitur telefon dan sms. Dan lagi kamus, aku bisa menemanimu untuk membelinya lagi”
 “Tapi itu kan hadiah darimu Jinan”
 Eluh Seulyeon sambil mengeratkan pelukannya di pinggangku.
“Tapi kau hadiah terindah untukku. Kau tidak perlu menyesalinya. Arrachi?”
 Aku berharap hari ini tidak pernah berakhir. Biarkan aku seperti ini sampai pada akhirnya aku benar benar siap meninggalkannya tuhan.

X-Beautiful Liar-X

Jimin POV

“Mwo? Jadi Appamu yang menangani Jinhwan? Jinhwan mengidap penyakit jantung? Ah sudah kuduga anak itu pasti berpenyakit!”
 Jawabku puas setelah mendapat uraian penjelasan dari Huseok. Anak itu benar benar sangat bisa diandakan.
 “Molla, mungkin besok atau lusa aku akan pindah ke rumahnya. Tentu aku menunggu kepulangan Jinhwan.”
 Jawabku ketika Huseok menanyakan kepindahanku menuju keluarga pamanku. Ah menyebalkan sungguh.
 “Toh kau akan dapat bonus lebih sering bertemu Seulyeon bukan?”
 Seru Huseok dari seberang sana. Huseok benar benar teman terbaikku. Aku mengetuk ngetuk meja sambil tersenyum setelah sadar akan bonusan itu dan membayangkan bagaimana nanti aku dan Seulyeon bermesraan berdua. Pasti sangat indah bukan?
“Tentu saja! kita laksanakan saja rencana kita selanjutnya setelah aku pindah” 
Bipp
Aku mematikan sambungam telepon dan langsung menghubungi Jungkook, Taehyun dan Nayeon. Pasti mereka sangat menyukai ideku. Seulyeoni. Kau akan jadi milikku lagi untuk selamanya.
Hahaha. 
Aku beranjak dari ruang tamu menuju kamarku. Aku hanya ingin mengganti sepatu dan mengambil jaket kulit kesayangan milikku. Ah aku butuh bersenang senang. 
2 botol soju mungkin terdengar sangat baik.
Aku mengambil kunci mobil yang menggantung bebas ditempatnya. Sial besok hari terakhirnya bisa bergantung bebas disini. Ah apa yang tengah dilakukan Appa hingga bangkrut? Menyusahkan cih!
Aku mengegas mobilku dengan kecepatan penuh. Berharap lekas sampai di disko terdekat. Mungkin pemandangan disana juga bisa meringankan stres ku. 
Perlahan aku membuka pintu disco bernama “Sang Disco” itu. Tidak ada yang aneh, sama saja seperti diskotik pada umumnya. Hanya saja warna lampu disini cenderung warna gelap. Aku tidak tahu mengapa. 
Aku berjalan pelan sambil mengamati seisi ruangan. Ini masih siang dan cukup sepi untuk hitungan diskotik sebesar ini. 
“Aw..” 
Sialan aku menabrak seseorang. 
“Mian.. aku tidak melihat..—“
“Kau!” teriak kami bersamaan. 
TBC-



Jumat, 05 Februari 2016

Beautiful Liar Fanfiction Chapter 04



Taehyung POV

“Ya, apa tidak terlalu sulit jika kita sendiri yang melakukannya?”
Eluhku sambil mengacak surai hitam kehijauan milikku. Ah aku frustasi dengan apa yang harus kuperbuat demi Appaku. Sekali saja biarkan aku menyelamatkan Appaku dari kebangkrutan yang tengah menghantuinya selama beberapa bulan ini. biarkan aku mengakhirinya.
“Lalu bagaimana hyung?” tanya Jungkook lagi.
“Apa menurutmu Seulyeon noona dan Jinhwan hyung saling menyukai?”
Tanyaku mengintrogasi, jungkook tampak berfikir keras, mencari sesuatu hal yang selama ini tak pernah dikorek dari memori penuh miliknya.
“Kurasa iya”
 jawab Jungkook ragu. Jangankan Jungkook, aku sendiri juga meragukan hal itu. Jinhwan hyung masih cukup normal untuk menyukai yeoja yang biasa biasa saja bukan?
“Bagus, kau tau Nayeon?”
Tanyaku memastikan dengan menyebut nama sunbae cantik yang satu kelas dengan Jinhwan hyung dan Seulyeon sunbae kebetulan kudengar Nayeon sunbae juga menyukaiku.
“Bukankah itu yeoja yang mengejarmu hyung?”
Tanya Jungkook dengan wajah polosnya yang terlihat begitu penasaran.
“Kita akan meminta bantuannya dan setelah itu aku akan memberikan diriku padanya”
X-Beautiful Liar-X
Jinhwan POV

“Aigo.. hosh hosh..”
Lenguh Jinhwan sambil menyentuh pundak Seulyeon yang baru saja ia kejar.
“Ya Jinanie! Kau.. eh.”
Ucapan Seulyeon seketika terhenti tatkala melihat yeojanya ah ani, sahabat baiknya—Kim Jinhwan yang masih belum mampu mengatur nafasnya.
“Kau ini kesambet setan apa eoh?”
Tanya Jinhwan saat nafasnya sudah mulai teratur kembali.
“Ya! Aku tidak ingin kau merasa repot dan harus membangunkanku tiap pagi aish”
Alibi Seulyeon sambil menggesek salah satu ujung sepatunya ke ujung sepatu lainnya. Ya semalam ia baru menyadari ternyata dalam kurun 10 tahun ini dia sangat menyusahkan Kim Jinhwan. Sudah saatnya untuk dirinya menjadi dewasa bukan? Ya walaupun ini benar benar sebuah perjuangan yang sangat berat untuk membuat dirinya bangun dengan caranya sendiri. Harus kau ketahui, kedua buah bola mata Seulyeon masih terasa berat sekarang.
“Aigo.. jangan lakukan itu lagi lihatlah matamu, besok ku jemput seperti biasa arra? huh nyonya Kim sudah dewasa ya sekarang”
Seulyeon mengangguk setelah mendapati ocehan Jinhwan tentang dirinya.
“Hah? Kau mengangguk? Astaga.. kau sudah bersedia menjadi nyonya Kim eoh?”
Sela Jinhwan setelah mendapati reaksi tak terduga dari yeojanya itu. Dia tersenyum kikuk melihat pipi sang yeoja—Hwang Seulyeon memerah padam mendengar tanyanya.
“Ige mwoya? Cih bermimpi saja sana”
Jawab Seulyeon sambil berjalan menjauhi Jinhwan.
X-Beautiful Liar-X
Seulyeon POV
“Ck, sebenarnya apa jalan pikiran tuan Kim itu. Ah molla tak habis fikir aku dengannya”
Kau tahu aku sedikit ... um sedikit bingung mengkin dengan perasaanku sendiri. Kalau kalian bertanya apa aku menyukai Jinhwan? Tentu tidak. Aku tidak menyukainya.
Tapi setiap Jinhwan memanggilku dengan sebutan nyonya Kim aku merasa.. itu memang hal yang pantas didapatkan olehku, dan aku tidak bisa menolaknya begitu saja. Ah mungkin aku sudah gila, rasanya perutku geli tiap mengingat hal semacam ini. aku benci kupu kupu berterbangan.
Ah ada baiknya sekali kali aku mencoba tidur dikelas pada saat jam istirahat? Bukankah itu menyenangkan? Jinhwan pasti akan membangunkanku jika bel masuk sudah berbunyi.
“Seulyeon-ssi!”
Apa tadi ada yang memanggilku? Ah sial, aku baru saja memejamkan mata. Apa dia tidak tau aku siapa? Apa tidak tau kalau aku sedang ingin tidur. Ah seharusnya Jinan ada disini.
Nayeon: “Ne, nuguya?”
Tanyaku sambil tetap pada posisi memejamkan mataku. Aku terlalu malas membuka mataku untuk si-yang mengganggu tidur siangku.
“Ya, bangunlah..”
Apa ini suara yeoja? Ige mwoya? Ah.. apalagi ini. apa dia juga tidak tau kalau aku tidak suka berinteraksi dengan manusia sejenis mereka?
“uhm.. wae Nayeon ssi?”
Tanyaku setelah melihat siapa yang mengganggu tidurku. Masih teman sekelasku. Cantik, menarik, sayangnya sombong dan terus terusan mengatasnamakan dirinya dengan title uang yang.. ah sudahlah.. intinya dia suka memamerkan hartanya. Ck, menggelikan.
“Bisa kau ikut aku? Ke UKS?”
Tanya Nayeon sambil menatapku dengan sedikit aneh menurutku. Tapi baiklah.. toh aku hanya diminta ke UKS saja kan? Baiklah aku sedang tidak ingin membuat onar dengan memarahinya kali ini.
“Ah arra”
Aku dan Nayeon berjalan menuju UKS, aku sendiri tidak tahu apa yang akan kami lakukan di UKS. Bodohnya aku tidak bertanya. Tapi aku tidak peduli, toh di UKS banyak ranjang kan? Aku bisa meneruskan tidurku disana.
“Nayeon-ssi untuk apa kita ke UKS?”
Tanyaku sambil melipat kedua tanganku didepan dada. Aku berusaha sedikit baik terhadap dirinya. Ya walaupun sebenarnya aku sendiri tidak menyukai kepribadiannya secara menyeluruh.
“Sudahlah.. ikut saja”
Aku berusaha menghiraukannya dan tetap membuntutinya menuju UKS. Satu hal.. aku sedikit lapar sekarang, dan kebetulan kantin dan UKS letaknya bersebelahan.
Tapi aku berusaha menjaga imageku sekarang. Kau tau kenapa? Tentu saja karena disini tidak ada si tuan tampan—Kim Jinhwan. Kalau tidak ada dia siapa yang mau menyelamatkanku? Entahlah. Apa dia marah karena aku membuatnya mencariku di rumah dan meninggalkannya saat berangkat sekolah tanpa memberitahu dirinya terlebih dulu. Aish Jinhwan kau selalu membuatku khawatir.
“Ayo masuk!”
Ajak Nayeon sambil sibuk melepas tali sepatu pengikat converse merahnya, aku hanya mengangguk kecil dan ikut melepas sepatuku adidas baru yang dibelikan Appa minggu lalu. Jangan ditanya model apa yang kupakai. Sepatuku sama seperti milik Jinan, appa membeli dua pasang yang hanya beda ukuran kemarin. Ah aku menyesal,, kenapa kakiku begitu kecil seperti wanita. Uh
“Oppa! Kau imut sekali eoh?”
“Jinjjayo?”
Hah? Suara siapa itu tadi? Kenapa terdengar seperti... aku menolehkan kepalaku menelusuri tiap sudut kantin dan ternyata suara itu berasal dari meja yang terletak di ujung kantin yang tidak jauh dariku.. bukankah itu Jinhwan? Kenapa dia datang bersama banyak yeoja? Kenapa hatiku sakit? Ah molla, menggelikan. Dasar Tuan Kim si Playboy Internasional.
X-Beautiful Liar-X
Jinhwan POV
Tuuut tuuut tuuuut
maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk
silahkan tekan 1 untuk meninggalkan pesan.
“Aish.. yeoja ini... tadi pagi meninggalkanku, di sekolah menghilang begitu saja, pulang tak pamit denganku, kutelfon tidak di angkat, eommanya juga.. ah”
apa mereka benar benar orang yang sangat sibuk sehingga se rumah tidak ada yang mengangkat panggilanku?
Oh ya.. apa mungkin aku lupa belum menceritakannya pada kalian. Kalian pasti merasa kalau aku belum pernah menyebutkan Appa Seulyeon? Sstttt.. Appa dan Eomma Seulyeon sedang berada dalam masalah besar saat ini. kehidupan pernikahan mereka sudah di ujung tanduk, hanya tinggal menunggu para hakim mengetuk palu, putus sudah janji suci yang mereka ucapkan dulu.
Entahlah , aku sendiri tidak berani menanyakan hal ini pada Seulyeon. Meskipun aku tak pernah melihatnya menangis sejak terakhir kali aku melihatnya 10 tahun yang lalu, tapi aku benar benar tidak tega melihat yeoja bersedih sekalipun dia mencoba terlihat kuat layaknya yang selalu Seulyeon lakukan.
Aku tidak tahu apakah sebegitu jahatnya Appa Seulyeon terhadap Seulyeon dan eommanya. Yang kutahu Appa Seulyeon sangat dekat dengan Seulyeon akan tetapi memang kuakui aku belum pernah sama sekali melihat Appa dan Eomma Seulyeon saling berbicara. Beberapa hari yang lalu saat aku diminta Seulyeon untuk memijat bahunya ia mengerang keras saat aku menyentuh salah satu bagian di punggungnya. Ia hanya bilang itu sedikit memar.. aku rasa itu perbuatan tuan Hwang. Mungkin Appa dan Eommanya bertengkar dan saling pukul, Seulyeon mungkin mencoba melerai, alhasil dialah yang menjadi korban. Aku juga sempat menawarkan pada Seulyeon untuk ke rumah sakit tapi dia bilang dia tidak apa apa.
Aku merasakan sebuah perasaan tak nyaman tiba tiba. Apa ini ada hubungannya dengan Seulyeon? Ah ada baiknya aku segera kesana.
X-Beautiful Liar-X
Aku langsung masuk begitu sampai di rumah Seulyeon. Toh tidak akan ada yang memarahiku—“
Lantas dimana Seulyeon? Dimama bibi Hwang? Dimana semua ahjumma yang bekerja disini? Kenapa rumah sebesar ini sangat hening? Sepi sekali.. biasanya tv di ruang tengah akan menyala dengan volume suara sangat besar karena Seulyeon sendiri benci ‘kesepian’
“Yeonni ya!!!”
Hening—lagi lagi tidak ada jawaban. Aku segera menuju kamar Seulyeon yang ada di lantai atas. Aku mencoba menempelkan telingaku pada pintu kamar yang masih tertutup rapat. Aku tidak mendengar suara apapun..
Aku langsung membuka kamar dan—Hwang Seulyeon sedang tertidur pulas di kasurnya. Akan tetapi.. hey tunggu.. Seulyeon sedang memakai baju dengan lengan pendek sehingga bahunya sedikit terlihat dan.. disana merah.. tangannya memar dan lagi wajah Seulyeon terlihat seperti barusaja menangis.
Aku mencoba membangunkan Seulyeon, tapi dia terlalu sulit untuk di bangunkan.
“Yeonniya, tanganmu kenapa? Irreonna chagiyaa”
Seulyeon mulai terbangun, matanya sangat merah. Dia berusaha beranjak dari surga kehidupannya, tapi ia malah tidak kuat menopang dirinya sendiri dan.. alhasil aku harus menangkapnya agar ia tak lagi terjatuh di bantal. Bisa bisa dia tertidur lagi.
“Ya! Apakah Appamu memukulimu lantaran kau membela eommamu lagi?”
“Aniya.. gwaenchana ahh”
Seulyeon mengerang kesakitan ketika ia berusaha memindahkan posisi lengannya. Tampaknya memarnya cukup parah.
“Aish.. kau ini chakkaman”
Aku segera menuju lantai bawah dan langsung masuk ke dalam kamar yang biasa di gunakan bibi Hwang menaruh segala macam keperluan. Ah ini.. aku sudah menemukan sekotak p3k yang bibi Hwang miliki.
“Apa ini sakit? Apa kau dipukul lagi?”
Tanyaku setelah memberi obat dibagian pundak Seulyeon yang memar. Seulyeon tampak berfikir.. entahlah sepertinya prosesornya sedang lambat. Mungkin ia mengantuk dan kesulitan mencerna kalimatku.
“Ya! Kau mau kupukul hah, aish”
Teriak Seulyeon sambil memukulku. Dasar pemukul
“Yeonniya! Kau kenapa begitu sensitif padaku eoh? Aku juga berhak tau!”
Bentakku kasar. Aku tidak habis fikir dengan yeoja ini. mau bagaimanapun kodratnya tetaplah seperti yeoja pada umumnya bukan? Ah sial aku sangat kesal dengan si calon nyonya Kim ini, bagaimana bisa ia punya temperatur sangat keras kepala. Aish
“Nuguseo!”
Elak Seulyeon sambil melihatku dengan tatapan yang tidak biasa. Ingin rasanya aku menerkamnya sekarang, kromosom jenis apa yang telah diturunkan oleh paman Hwang dan bibi Hwang? Tidak aneh sebenarnya.. orang tuanya pun sama keras kepalanya dengan anaknya.
“Aish terserahmu”
Sela ku sambil menekan bagian pundak Seulyeon. Itu hukuman untukmu chagiya.
“Ya! Kau menekannya terlalu kencang bodoh!”
--
Aku benar benar tidak habis fikir lagi .. lagi .. dan untuk kesekian kalinya.. lagi..., mengapa paman dan bibi Hwang sangat baik padaku jika mereka tidak saling bersama,maksudku.. jika saat tidak ada bibi Hwang, maka paman Hwang akan bersikap sangat baik didepanku, begitu pula dengan bibi Hwang.  Apakah yang aku rasakan juga yang Seulyeon rasakan?
Entahlah. Aku setiap hari hanya bisa menerawang waktu berharap aku benar benar bisa menjaga Seulyeon sepenuhnya secepat mungkin. Aku tidak mau berlama lama melihatnya tersiksa sedangkan aku tidak mampu berbuat apa apa.
Kalau kalian berfikir mengapa tidak ku adukan saja pada orang tuaku atau yang lain? Tentu saja tidak, aku tidak ada hak untuk menyeret orang lain dalam permasalahan orang lain pula sekalipun ia mungkin akan jadi istriku nantinya. Aku percaya Seulyeon adalah yeoja yang kuat. Itu saja.
“Apa kau sudah makan?”
Tanyaku pada Seulyeon yang sibuk memilih deretan kamus yang telah kutata rapi di raknya. Dia hanya melirikku sebentar lalu pandangannya kembali terfokus pada deretan kamus besar membosankan itu,
“Aish.. apa kau marah? Apa salahku eoh?”
Aku hanya bisa mengacak rambutku frustasi. Gadis ini benar benar susah dimengerti sekalipun aku sudah bersama dengannya selama 10 tahun belakangan, tapi tetap saja. Dia ini benar benar tidak konsisten dengan sifatnya sendiri.
Seulyeon bukannya menjawab pertanyaanku dan malah bersiap keluar kamar.
“Tanya saja pada hoobaemu yang kau ajak bertemu di kantin tadi”
Aku hanya bisa terdiam sesaat. Memangnya apa yang terjadi tadi di...
Apa Seulyeon melihat itu?
Flashback ON
Kringgg! Kring!!
Ah jam istirahat akhirnya berbunyi juga. Seulyeon masih saja tertidur pulas, entahlah apa memang sebegitu mengantuknya hingga jam istirahat tak lagi di dengarnya?
Ah ada baiknya aku ke kantin sendirian dan membelikan makanan untuknya, seingatku Seulyeon tadi pagi melupakan sarapannya.
“Jinhwan Oppa!”
Siapa yang memanggilku? Aku menolehkan kepalaku ke segala arah..
“Ya, aku disini Oppa!”
Cih Oppa? Aish yeoja ini apa yang ia inginkan? Dia sungguh sangat genit terhadap semua namja yang ia temui. Bahkan Yeonniku saja yang lebih muda dariku seumur hidup tidak pernah memanggilku Oppa, tapi yeoja ini? aish sungguh sok asyik sok kenal sok dekat sekali dia.. ya walaupun ia masih satu kelas denganku tapi itu menggelikan!
Kau mau tau siapa? Siapa lagi kalau bukan Im Nayeon? Yeoja bertubuh tinggi, kurus, dengan rambut coklat gelombang yang sangat jarang ia ikat membuatnya tampak cantik. Sayangnya aku suka yang tampan... ah aniya.. maksudku aku menyukai.. ani aku mencintai Hwang Seulyeon. Kim Seulyeon.
Ah ada baiknya aku segera menyudahi fantasiku.
“Ne? wae?”
Tanyaku dingin. Aku membuang wajahku untuk menghindari eye contact dengannya. Jangan jangan dia menggunakan jampi jampi tatapan mata agar aku bisa melt di depannya? Andwae itu tidak boleh terjadi.
Apa Oppa tidak menyapa murid murid baru? Apa seperti ini tingkah anak emas milik sekolah?”
Kesah Hayeon sambil mengubah nada bicaranya yang ia imut imut kan? Uh kau kira itu membuatku gemas?
“Bukankah itu tugas kepala organisasi? Bukankah jabatan itu sudah kulimpahkan padamu? Membuang waktu saja”
Alibiku meninggalkannya pergi begitu saja. Apa mau yeoja ini? sungguh sangat aneh bahkan seingatku terakhir kali aku berbicara dengannya saat pelimpahan jabatan yang.. mungkin sudah sekitar 8 bulan lamanya. Dan bisa bisanya dia mengajakku berbicara lagi dengan gaya yang sudah seperti ‘kita sudah lama berkenalan kita sudah lama dekat’
Ah sudahlah toh tidak ada gunanya untuk kufikirkan, lebih baik aku segera membelikan jatah makan siangnya cacing perut Seulyeon.
Sesampainya di kantin aku  akan mendengar suara yeoja yang tampak sedang membicarakanku ternyata Nayeon sedang mendatangi sebuah meja dengan dua orang yeoja yang telah duduk manis disana. Aku mencoba memperhatikannya berulang ulang? Apakah mereka murid baru itu? Nerd? Yang benar saja.. jarang sekali ada anak seperti itu disini.
“Ah mian, mungkin Jinhwan oppa sedang tidak dalam mood baik hari ini”
Ungkap Nayeon dengan nada menyesal, sesekali ia melirikku.
Siswa baru. Ah apa benar itu siswa baru? Kenapa aku seperti pernah melihatnya? Aish baiklah aku harus menemuinya, bisa bisa imageku rusak hanya karena hal sepele seperti ini.
“Ah oppa.. kau datang!”
Seru Nayeon sambil tersenyum cerah melihatku.aku hanya balik memberi senyuman ‘terpaksaku’
“Ah apa kalian murid baru disini?”
Tanyaku berbasa basi dengan kedua murid baru itu. Tentu saja aku akan berusaha sebaik mungkin. Gelar anak emas yang kusandang tidak boleh luntur.
“Nde sunbae”
Jawab mereka kompak. Aku sedikit merasa ganjil dengan semua ini mereka berdua—si murid baru sama sama menundukkan kepalanya tanpa berani melakukan eye contact denganku, entahlah aku seperti sudah pernah bertemu mereka sebelumnya. Tapi dimana? Dan kenapa Nayeon terlihat begitu gelisah?
Singkat cerita kedua murid baru itu yang mengaku sebagai hoobaeku mulai berani berbicara banyak akan tetapi tetap saja kepala keduanya tetap menunduk. Hanya kacamata botol yang menghiasi setiap wajah mereka saja yang terlihat menonjol. Sedangkan Nayeon? Entahlah tadi dia berpamitan untuk memanggil seseorang untuk bertugas di UKS.
“Oppa! Kau imut sekali eoh?”
“Jinjjayo?”
Seruku.. yang lagi lagi hanya sekedar basa basi. Darimana ia tau aku imut sedangkan ia tak menatapku sama sekali?
Ah aneh sekali..
ah pabo ya!!!
 tiba tiba aku teringat Seulyeon. Gadis itu pasti masih tidur dalam kondisi perut kosong. Andwae. Aku harus kembali ke kelas secepatnya.
Ya! Huseok apa kau melihat  Seulyeon?”
Tanyaku pada teman sekelasku setelah melihat yeoja yang seharusnya.. ani biasanya tidur di kelas tak lagi ada di bangkunya. Ah bukan biasanya.. tapi tadi memang dia sedang tertidur di mejanya bukan?
Bukankah dia sedari tadi ikut nona Im untuk menemaninya bertugas? Ah aku sangat bersyukur akhirnya yeoja itu mau bermain dengan sebayanya”
Celoteh Huseok sambil membolak balikkan sebuah komik anime dewasa yang mungkin adalah milik Jimin yang notabene juga sahabat baiknya.
Flashback off
Aigo.. aku menepuk kepalaku sendiri. Aish paboya.
Eh tunggu? Lalu kenapa Seulyeon marah? Apa dia..
“Yeonniya! Neon eodiya?”
Aku menyusul Seulyeon yang tadi turun ke lantai bawah. Hening tidak ada jawaban lagi. Ternyata dia terlelap di atas meja makan. Mungkin dia sangat lelah hari ini. Dasar princess Sleeping ugly~
Seulyeonni..Maafkan aku ya. Aku tidak akan membuat rasa cemburumu semakin berkobar di kemudian hari kkk~
Jungkook POV
“Bagaimana noona? Apa kau melaksanakan tugasmu dengan baik?”
Tanyaku pada Im Nayeon noona melalui sambungan telepon. Aku tidak tahu apa jalan yang kulalui sudah benar?
“Ne, tentu saja. Besok aku akan melakukannya lebih. Ini masih permulaan, aku yakin Seulyeon pasti akan sangat marah”
Jawab Nayeon dengan nada yang terdengar sangat puas.
“Ah begitu, lalu dua temanmu bagaimana?”
Ya, Nayeon noona mengatakan bahwa ia mengajak kedua temannya untuk menjalankan misinya.
“Tenang saja.. mereka menjalankan perannya dengan baik. Aku tidak menyangka hanya berbekal kacamata botol si Jinhwan sama sekali tidak mengenali Jihyo ataupun Dahyun”
“Benarkah? Syukurlah.. aku sangat senang bekerja sama denganmu noona”
Semoga yang kulakukan benar ya tuhan.
Jimin POV
Mwoya? Perusahaan Appa bangkrut? Bagaimana bisa?”
Hentakku setelah mendengar penjelasan tuan Kim, Appa dari sepupuku Jinhwan.
“Appamu terkena penipuan. Jadi bersabarlah nak, kau bisa tinggal dengan keluarga kami untuk sementara hingga perusahaan Appamu pulih.”
Enteng sekali jawabannya? Tidak aku tidak mau rencanaku gagal hanya karena masalah konyol seperti ini. ini pasti ulah Jinhwan! Siapa lagi jika bukan dia! Dan.. ani aku tidak mau serumah dengan rivalku sendiri sekalipun dia masih terhitung sebagai sepupuku. Tidak dan tidak akan pernah. Apa harus aku membuatnya mengakui perbuatannya dulu?
Arghhh!! Sialan! Dunia sialan!
TBC-